EduJati, 7/4/2021 – Setelah satu tahun lebih pandemi menjalar ke segala lini kehidupan. Segala aktivitas mulai bergerak menuju perubahan. Pembelajaran tatap muka dihentikan sementara berganti dengan sistem daring atau online. Pembatasan aktivitas di luar rumah tidak serta merta menghentikan tuntutan kemajuan pendidikan. Tuntutan bagi profesi guru untuk ber inovasi dalam mengajar dan mendidik semakin tak terhindarkan. Jiwa-jiwa korsa guru yang penuh pengabdian bagi dunia pendidikan menyulut semangat untuk semakin memperdalam pengetahuan dan teknologi.
Harapan yang tinggi akan kemajuan di bidang telekomunikasi membuat para guru berlomba-lomba menguasai teknologi sebagai bekal mengajar dengan sistem daring. Akan tetapi harapan yang terlalu tinggi tersebut belum mampu mendongkrak kemampuan peserta didik kelas rendah sekolah dasar dalam mengikuti pembelajaran secara daring. Video pembelajaran tidak lagi menarik bagi para peserta didik, pertemuan virtual terasa menjemukan, serta tumpukan tugas setiap hari tidak lagi menyenangkan. Tanpa sentuhan humanisme peserta didik dilanda kebosanan luar biasa. Dari hari ke hari partisipasi peserta didik mengikuti daring semakin menurun dengan berbagai alasan. Masalah demi masalah mulai bermunculan, baik dari keresahan orang tua karena sekolah tidak segera dibuka maupun dari peserta didik yang mulai enggan mengerjakan tugas. Beragam permasalahan membuat guru harus merefleksi diri, berusaha memperbaiki keadaan dan mencari jalan tengah yang adil bagi semua pihak.
Usia peserta didik kelas rendah sekolah dasar berkisar antara 7-10th yang berada pada tahap operasional konkrit dimana mereka tumbuh secara dinamis dan menghendaki perubahan. Mereka tidak menyukai waktu pelajaran yang terlalu panjang dan selalu menginginkan adanya variasi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Mereka juga suka bersosialisasi dengan membentuk kelompok, berteman, dan juga bersaing. Ritme kehidupan inilah yang mereka rindukan. Adanya sosialisasi juga sentuhan emosi, sentuhan kemanusiaan, serta kehadiran sosok guru secara langsung untuk memotivasi dan melecutkan kembali semangat belajar yang mulai padam.
Mengingat kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKKM) masih diberlakukan oleh pemerintah setempat membuat sekolah belum memungkinkan untuk dibuka. Akan tetapi, permasalahan PJJ semakin meresahkan maka pilihan yang dapat dibuat adalah dengan mengadakan kegiatan program guru kunjung. Sebelum melaksanakan kegiatan ini guru meminta izin dari kepala sekolah dan juga membuat kesepakatan dengan orang tua peserta didik. Selanjutnya peserta didik bersama orang tua dipersilakan membuat kelompok kecil yang berjumlah 4 hingga 5 anak dalam setiap kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk membangun sinergi yang lebih baik. Kegiatan guru kunjung dilaksanakan di rumah-rumah siswa sesuai dengan kesepakatan. Rumah merupakan tempat yang paling aman bagi peserta didik karena rumah adalah tempat yang jauh dari keramaian. Meski tidak mudah namun guru kunjung dirasa lebih efektif dalam mendorong laju roda pendidikan dibandingkan dengan moda daring. Walau demikian kegiatan guru kunjung tetaplah harus memperhatikan protokol Kesehatan. Ketersediaan tempat cuci tangan beserta sabun, ruangan dengan ventilasi yang cukup, serta kondisi pencahayaan yang memadai mutlak diperlukan. Satu hal yang tidak kalah penting bahwa kegiatan guru kunjung hanya bisa diterapkan pada daerah zona hijau. (Siti Nurjanah, SDN Gondangsari)
Salut👍👍